tempat piknik asyik mengesankan

Rumah Adat Tujuh Ruang (Umah Edet Pitu Ruang), rumah adat orang Gayo Aceh Tengah

Berdasarkan asal usul nya Rumah Adat Tujuh Ruang (Umah Edet Pitu Ruang) dalam bahasa Gayo berarti peninggalan raja Baluntara yang sebenarnya nama aslinya Jalaluddin. Sudah berdiri dari sejak jaman pra-kemerdekaan sebelum kolonial Belanda masuk. Rumah adat Tujuh Ruang ini menjadi bukti sejarah dari orang asli Gayo yang sampai sekarang masih ada.

Rumah adat ini, bermaksud menjelaskan bahwa orang Gayo bermukim di sebuah kampung di pinggiran Danau Laut Tawar. Tepatnya yaitu di Kampung Toweren, Kec. Laut Tawar Aceh Tengah.
Rumah adat Tujuh Ruang memiliki ukuran umum panjang 9 meter dan lebar 12 meter. Dengan bentuk rumah, seperti rumah panggung pada umumnya dengan 5 anak tangga, menghadap utara.  Didalamnya terdapat 4 buah kamar, dan 2 ruang bebas (lepo) di timur & barat.

                                          
Rumah adat ini memiliki keunikan yaitu pada pembuatan susunan rumah tidak menggunakan paku. Melainkan dengan dipasak dengan kayu dengan bermacam-macam ukiran di setiap kayunya. Ukiran tersebut berbeda- beda, ada yang berbentuk hewan sampai dengan ukiran seni Kerawang Gayo dengan pahatan khusus.

Semua sambungan pasak kayu dengan ukiran Kerawang kebanyakan. Salah satunya motif puter tali, dsb. Di tengah ukiran Kerawang terdapat ukiran bentuk ayam dan ikan yang melambangkan kemuliaan dan kesejahteraan. Ada juga ukiran naga yang merupakan lambing kekuatan, kekuasaan, dan kharisma. Walaupun tidak menggunakan paku akan tetapi kekuatan rumah adat ini sangat kuat, karena kualitas kayu zaman dulu yang bagus. Akan tetapi, bagaimana pun kalau kurang adanya perawatan maka akan rusak juga.

Rumah adat itu sebagai bukti sejarah bahwa Orang Gayo yang masih ada di Dataran Tinggi Gayo, akan tetapi lambat laun warna rumah mulai pudar bahkan sudah beberapa yang rusak karena mungkin kurangnya perawatan. Yang sebenarnya adalah disayangkan apabila sebuah nilai sejarah pudar dan hilang begitu saja di makan waktu. Bukan rumah adat yang di Linge dan Mess Pitu Ruang di Kampung Kemili Takengon yang ialah copy an dari yang aslinya.

Selain dari rumah adat Tujuh Ruang ini, terdapat asset bersejarah yang bernilai yang lain yaitu disimpan rapi oleh keluarga seperti Bawar. Bawar adalah sebuah tanda kerajaan yang diberikan oleh Sultan Aceh kepada Raja Baluntara.

Selain bawar juga masih ada beberapa peninggalan bersejarah lain yang kini masih disimpan oleh keluarga keturunan raja Baluntara. Antara lain, seperti piring, pedang, cerka dan sejumlah barang lain.
Raja Baluntara merupakan seorang raja yang juga mengusai kawasan hutan sehingga disebut Reje Baluntara (Reje Baluntara – Red). Menurut sebuah cerita yang berkembang, salah seorang keluarga Reje Baluntara yang bekerja di Jakarta, almarhum Reje Amat Banta pernah menemukan foto tentang kekuasaan Reje Baluntara yang dibuat oleh Belanda sekitar tahun 1990.

Singkat cerita Rumah Adat Tujuh Ruang (Umah Edet Pitu Ruang) di Aceh Tengah ini merupakan salah satu cerita tentang tempat yang bernilai sejarah tinggi. Yang kemudian rumah adat ini di copy untuk sebagai icon wisata yaitu di Linge dan Mess Pitu Ruang di Kampung Kemili Takengon, karena rumah yang asli sudah di makan zaman.
1 Komentar untuk "Rumah Adat Tujuh Ruang (Umah Edet Pitu Ruang), rumah adat orang Gayo Aceh Tengah"

Awww thank you! I really appreciate your response! Semoga ya bisa terus nulis tiap bulan hehe. Makasih makasih


Paket Wisata Kawah Ijen

Back To Top